Ketika saya memandang masa depan, ia tampak begitu terang sehingga menyilaukan mata saya. Oprah Winfrey
______________________________________________________________________

Jangan Benci Aku, Mama

> Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak
> laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh.
> Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin
> nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya
> berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan
> budak atau pelayan.
> Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
> membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan
> saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang
> cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat
> menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami
> mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian
> anak-anak yang indah-indah.
> Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki
> beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun
> saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang
> keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia
> Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4
> tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan
> hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil
> tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
> pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica.
> Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja.
> Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku
> terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10
> tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
> Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa.
> Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat
> Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan
> tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar
> dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami
> menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak
> ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang
> mengingatnya.
> Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang
> seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali.
> Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, "Tante,
> Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!"
> Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya
> menahannya, "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa
> namamu anak manis?"
> "Nama saya Elic, Tante."
> "Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?"
> Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan
> berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu
> juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi
> dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru
> sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya
> dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus
> mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau
> yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba
> bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric,
> Mommy akan menjemputmu Eric...
> Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah
> gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari
> samping. "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?"
> "Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan
> hal yang telah saya lakukan dulu." tTpi aku menceritakannya
> juga dengan terisak-isak. ..
> Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan
> suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
> saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari
> belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang
> dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk
> itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric..
> Eric...
> Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan
> perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan
> membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali...
> Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai
> terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.
> Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya
> ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya
> mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai
> berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai
> bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. ..
> Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan,
> saya pun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir
> dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian
> saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat
> tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil
> kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali.
> Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
> Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget
> manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang
> parau.
> "Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"
> Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu
> kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di
> sini?" Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan
> terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu
> meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan
> memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega, saya
> terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama
> saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai
> pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya
> seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik
> kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama
> bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..."
> Saya pun membaca tulisan di kertas itu...
> "Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy
> marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi
> Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama
> Eric. Bye, Mom..." Saya menjerit histeris membaca surat itu.
> "Bu, tolong katakan... katakan di mana ia sekarang? Saya
> berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan
> meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!"
> Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
> "Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang,
> Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk
> ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi
> menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia
> berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang,
> Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana
> ... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang
> gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
> lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .
> Nyonya,dosa anda tidak terampuni!"
> Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi. (kisah nyata
> dari Irlandia Utara)